Travel Blog Reservasi – Piknik itu tujuannya selain buat refreshing juga buat mendapatkan pengalaman baru yang berharga. Tapi, belakangan justru cara piknik kalian inilah yang bikin tempat wisata menjadi rusak bahkan membuat warga sekitar tidak nyaman. Rasanya kalian gak perlu piknik deh kalau cara piknik kalian seperti ini.
Oke, semua orang punya hak untuk piknik dan mengunjungi tempat wisata. Tapi bukan berarti kalian bisa seenak sendiri merusak dan tidak tertib. Belum lagi sampah yang dibuang sembarangan bikin lokasi wisata tambah tidak nyaman. “What’s wrong with you guys?”
(Baca Juga 12 Tempat Keren di Bandung Yang Harus Kalian Kunjungi)
Pernahkan kalian ingat tentang kekhawatiran seorang guru di Australia? Seorang guru di Australia lebih khawatir jika muridnya tidak bisa antri dibandingkan tidak bisa Matematika. Matematika bisa diajarkan dan dipelajari dalam beberapa bulan saja, sedangkan belajar antri? Perlu menanamkan karakter sejak dini. Jika terlambat dan sudah cukup usia. Karakter itu akan sulit untuk diubah. Mendarah daging dan mengakar. Sesulit menyampaikan kebenaran kepada orang yang keras kepala dan kepala batu.
Sebagai seorang Traveler kalian wajib punya karakter yang baik dan kuat. Bayar saja tidak cukup untuk mendapatkan kenikmatan berwisata! Kalian juga harus bisa menghormati lingkungan, menghotmati alam, dan yang paling penting adalah memahami peraturan. Peraturan itu dibuat bukan untuk dilanggar, melainkan peraturan dibuat agar manusia itu tertib dan teratur dan mengahargai alam.

Salah satu contoh penting mengapa peraturan itu harus ditepati adalah sebuah cerita yang memilukan. Tahukah kamu bagaimana macetnya Bandung saat musim liburan? Rasanya sulit mencari jalan alternatif. Disaat kondisi demikian buat kendaraan yang harus diprioritaskan seperti Ambulan dan Mobil Pemadam Kebarakan akan sulit bergerak di tengah kemacetan. Dan hasilnya, seorang ibu hamil yang tengah butuh pertolongan karena mengalami kontraksi harus meregang nyawa karena tak bisa sampai ke Rumah Sakit karena terjebak kemacetan yang luar biasa.
Hal tersebut juga terjadi saat macet panjang saat liburan Natal 24 Desember 2015. Beberapa mobil Ambulan kesulitan mencari jalan. Bahu jalan yang seharusnya kosong dan merupakan jalan bagi kendaraan yang diberikan prioritas malah menjadi sarana “alternatif” orang-orang yang tidak sabaran, tidak mau antri dan ingin cepat-cepat sampai hingga tujuan. Akibatnya bisa saja jatuh korban yang meragang nyawa di jalan karena perilaku sebagian besar orang yang tidak taat terhadap aturan.

Masih ingat kerusakan kebun bunga puspa Patuk di Yogyakarta? Meskipun pemilik kebun tidak marah dan rela kebunnya rusak diinja-injak, namun etika pengunjung sudah melewati batas. Hanya bayar Rp 5.000 saja sudah berperilaku seenaknya. Ini yang namanya karakter bangsa yang harus diperbaiki.

Bayangkan saja bunga Puspa Patuk yang hanya mekar selama sekali dalam setahun dirusak begitu saja oleh orang-orang yang arogan karena merasa sudah bayar lima ribu rupiah saja. Padahal jika dikumpulkan, dana sukarela tersebut belum bisa mengganti biaya kerusakan kebun bunya Puspa Patuk yang hanya mekar di musim hujan.

Tak selang beberapa lama kini terjadi lagi kasus jembatan putus di Hutan Bale Jurong, Kota Langsa, Aceh, karena ulah wisatawan yang tidak mengindahkan peraturan. Jembatan tali gantung yang sedianya hanya mampu menahan beban hingga 40 orang saja akhirnya harus putus. Jembatan tak mampu menahan wisatawan yang tidak mau antri, tidak mau bergantian, tidak mau tahu urusan orang lain dan tidak punya kepekaan terhadap lingkungan.

Mirisnya, kembali kasus kecerobohan entah keteledoran wisatawan yang merusak susunan lampu-lampu yang sudah ditata dengan rapi pada acara Festival of Light di Gardu Pandang, Kaliurang, Yogyakarta yang sedianya akan berakhir hingga 31 Januari 2016 ini.


Begitulah wisatawan yang kerap tidak mau mentaati aturan disebut sebagai para alay selfie. Demi mendapatkan foto selfie yang menarik menurut prespektif dirinya sendiri tapi tidak mengindahkan aturan-aturan yang ada. “Biarlah yang lain juga melakukan hal yang sama” begitulah alasan para pelaku yang kerap ditanya mengapa melakukan hal yang merugikan.

Ketika korupsi berjamaah seolah-olah legal dan dibela ramai-ramai, kini warga sepertinya meniru bahwa melanggar peraturan secara berjamaah itu dianggap normal dan biasa-biasa saja. Akankah kita seperti ini terus menerus? Haus wisata tapi kering moral dan akhlak!




Saatnya kita semua berubah menjadi pribadi yang berkarakter. Memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sesama. Saling mengingatkan dan saling membantu sesama untuk menunjukkan kebenaran dan kebaikan. Hidup tertib dan teratur itu ciri sebuah peradaban modern dan tinggi. Bukankah kalian bangga jika dikenal sebagai bangsa yang teratur, disiplin, bermartabat dan tetap ramah?
(Baca Juga Kalau Kalian Memperhatikan Gejala Ini, Berarti Kalian Kurang Piknik!)
The post Ngapain Kalian Piknik Kalau Seperti Ini Caranya! appeared first on Reservasi Travel Blog: Info Tips Perjalanan Wisata.